Rakyat Berpesta di Pemilu 2024

JANGAN bodohi rakyat, mereka sudah pintar! Demikian argumentasi yang biasa di jadikan kata penegasan dalam sebuah perdebatan politik untuk menggambarkan sikap sebagian politisi memperdaya rakyat dengan janji-janji kampanye.

Alhasil, kini “kepintaran” rakyat benar-benar menjadi-jadi di pemilu 2024. Seakan pemilu 2024 ini adalah pemilu anomali. Bahkan diantara banyak politisi ada yang menyebut pemilu paling brutal dalam sejarah pemilu di Republik ini.

Terkhusus dalam pemilihan legislatif, seakan rakyat tidak mengenal belas kasihan. Mereka sudah kebal janji-janji politisi. Sebagai disclimer, tentu tidak semua politisi demikian. Praktek beli suara sudah tidak sanggup lagi diantisipasi oleh ‘aparat’ sekelas Bawaslu sekalipun, karena mereka membutuhkan dasar pembuktian TSM (Terstruktur, Sistematis, Massif) untuk bertindak.

Rupanya, kepintaran rakyat sudah melampaui wakil rakyatnya sendiri. Basis suara yang mereka miliki dengan beragam treatmen memanjakan, tidak menjadikan seketika ia bisa memenangkan pertarungan. Ternyata butuh royalitas berlebih untuk mendapatkan loyalitas.

Buktinya, pileg 2024 ini banyak para incumbent yang seharusnya sarat modal, punya kepantasan melanjutkan amanah rakyat, namun terjungkal dari kursinya yang bahkan puluhan tahun ia duduki. Tragis, menyedihkan dan nyata.

Angka 100 rb sudah menjadi angka terendah dalam bursa suara di pasaran pemilih. Tidak sedikit caleg merogoh kocek kantong hingga puluhan miliar untuk memastikan dirinya dipilih. Bisa terpilih, bisa juga gigit jari. Terbukti!

Jadi, ini bukan lagi soal jual gagasan dan program ideal sebagai wakil rakyat. Senyatanya ini adalah seberapa besar modal dan kerja partai yang rapi bisa dilakukan, plus keuletan sang tokoh sebagai petarung yang sungguh-sungguh. Rakyat tidak lagi melihat rupa dan jabatan. Ini soal seberapa mau mereka memilih karena “cash and carry”.

Bagi partai besar, sekalipun ini jalan terjal, tapi mereka masih bisa mendaki tebing dan jurang me raih simpati rakyat. Sedangkan partai kecil, mereka butuh soliditas merawat dan memenangkan hati pemilihnya. Dan tentunya kerja keras yang kompak dan serius.

Jadi ini momentum dimana rakyat sedang berpesta!

Namun, apapun yang terjadi dalam lika-liku pertempuran pileg ini, tentu kata akhirnya adalah, semua keinginan, rencana bahkan strategi, hanya Allah yang maha tahu ending ceritanya.

Bagi yang menang, jangan jumawa dan sombong.

Bagi yang kalah, bersabar dan ikhlas. (*)

  • Herman Saromova

    Pelaku sekaligus penikmat diskusi politik di warung kopi.

POPULER
Search