KUTIM – Angka stunting di Kutai Timur (Kutim) mengalami penurunan signifikan dalam tujuh bulan terakhir, dari 16,5 persen pada awal 2024 menjadi 14 persen pada Januari 2025. Penurunan ini menjadi bukti nyata keberhasilan sinergi lintas sektor yang melibatkan masyarakat, pemerintah, dan tenaga kesehatan di daerah tersebut.
H. Agus Aras, Anggota Komisi IV DPRD Kaltim dari Dapil Kutim, memuji program jemput bola yang dilakukan oleh Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kutim.
“Pendekatan langsung ke masyarakat, terutama melalui pelatihan Tim Pendamping Keluarga (TPK) di 18 kecamatan, adalah kunci keberhasilan. Kami optimis angka stunting dapat turun hingga 12 persen pada akhir 2025,” ungkapnya, Minggu (19/1/2025).
Program jemput bola DPPKB Kutim dirancang untuk menjangkau hingga ke pelosok desa. Pelatihan TPK melibatkan perangkat desa, tenaga kesehatan, dan tokoh masyarakat, yang berperan aktif dalam edukasi dan pendampingan keluarga berisiko stunting.
Menurut Agus Aras, keterlibatan berbagai pihak menjadi faktor penting dalam mendukung efektivitas program pemerintah.
“Kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat adalah modal utama dalam upaya ini. Dengan kerja sama yang baik, kita bisa menekan angka stunting lebih jauh,” tambahnya.
Agus Aras menekankan pentingnya menjaga momentum ini dengan memperkuat kolaborasi.
“Kami yakin Kutim dapat menjadi salah satu wilayah dengan angka stunting terendah di Kalimantan Timur. Ini adalah tanggung jawab bersama,” ujarnya. (*)