Kamu Mau Daging Kurban atau Mentahnya?

Ilustrasi daging kurban atau mentahnya saja.

MUMPUNG masih suasana Iduladha. Mumpung masih ada sapi, kambing, atau bahkan domba yang belum disembelih, terjadi diskusi saya dengan seorang sahabat. Tepatnya bukan sekadar sahabat. Tapi sudah seperti saudara.

Panjang lebar kami bertukar pikiran mengenai makna kurban. Apa dan seperti apa sih kurban yang sebenarnya itu? Apakah sudah tepat ibadah kurban yang sudah kita jalani saat ini, yakni menyembelih hewan lalu membagikannya?

Lantas apa mantik kurban yang sebenarnya? Apa kode rahasia sebenarnya di balik peristiwa perintah Tuhan kepada Nabi Ibrahim agar mengurbankan putra kesayangannya: Nabi Ismail?

Panjang sekali diskusi kami.

Yang pasti, bukan maksud kami mengkerdilkan dan menyepelekan mereka yang berkurban. Apalagi berani membantah syariat Tuhan. Yang menjadi dasar diskusi kami adalah mencoba menafsirkan ayat-ayat Alquran yang menceritakan peristiwa yang menjadi dalil kita berkurban seperti sekarang ini.

Bukankah ayat-ayat Alquran itu mantik semua, yang selama ini, manusia hanya bisa menafsirkan saja. Dan tidak semua kita mampu menangkap pesan tersembunyi di balik ayat-ayat terkecuali insan-insan pilihan Tuhan saja.

Poinnya begini. Daging kurban diberikan kepada umat miskin.

Kita tepikan dulu fakta, bahwa sekarang, siapa saja bisa dikasih sekeresek atau bahkan sekarung daging kurban. Bahkan yang berkurban sekalipun terkadang titip bagian daging tertentu. Kita buang dulu dugaan-dugaan tersebut. Agar pembahasan kami tidak melebar dan multitafsir.

Kami pusatkan pada tema: kurban diberikan kepada si miskin.

Pertanyaan selanjutnya, pernahkah kita memikirkan apa daging yang kita berikan benar-benar bermanfaat? Kalau dijual kembali, iya. Tapi bukan itu.

Si miskin, tentu akan bingung mau diapakan daging-daging itu? Mau dibikin sop, pasti perlu bumbu. Disate, sama juga. Apalagi dibikin rendang. Banyak biaya yang mesti keluar. Ya beli bumbu, tabung gas, beras, dan seterusnya.

Halaman Berikutnya

  • Deni Sulaksono

    Mediapreneur yang masih berupaya memantaskan diri dengan menyerap ilmu sebanyak-banyaknya.

POPULER
Search