JAKARTA. Nama Edy Mulyadi viral di media sosial (medsos). Beredar luas video pendek yang memperlihatkan Edy Mulyadi menyebut Kalimantan atau tepatnya Kaltim sebagai lokasi IKN adalah tempat jin membuang anak. Video dugaan penghinaan itu sontak viral di Twitter. Bahkan berkat video milik Edy Mulyadi, Kalimantan menjadi trending topic di Twitter saat ini.
Dikutip dari akun Twitter @YRadiato yang dibagikan pada 22 Januari 2022, Edy Mulyadi menyuarakan terkait IKN atau Ibu Kota Negara yang akan dipindahkan ke Kalimantan. Menurut Edy Mulyadi bahwa ibu kota negara akan dipindah ke Kalimantan yang disebutnya sebagai tempat jin membuang anak.
“Bisa memahami enggak, ini ada sebuah tempat elite punya sendiri yang harganya mahal,” ujarnya. ”Punya gedung sendiri lalu dijual pindah ke tempat jin buang anak,” sambungnya.
Bahkan Edy Mulyadi menyebut pasar bagi Ibu Kota Baru adalah kuntilanak dan genderuwo. “Pasarnya siapa?” jelasnya. “Kalau pasarnya kuntilanak, genderuwo ngapain ngebangun di sana,” sambungnya.
Untuk menguatkan pendapatnya, Edy Mulyadi menanyakan lokasi tempat tinggal di mana rekan yang ada di sebelahnya berada. “Enggak ada, nih sampean tinggal dimana om?” ungkapnya. “Mana mau tinggal di Gunungsari pindah ke Kalimantan Panajam sana untuk beli rumah disana,” sambungnya.
Edy Mulyadi pun menertawai salah satu orang memberikan suaranya dan berteriak bahwa hanya monyet yang mau menjadi warga Ibu Kota Baru. “Gua mau jadi warga Ibu Kota Baru, mana mau,” ujarnya.
Hingga kini video tersebut telah viral serta tagar #kalimantan dan #tangkapEdyMulyadi menjadi trending topic di Twitter saat ini. Selain video yang dibagikan oleh @YRadiato itu, versi yang lebih lengkap juga bisa dilihat di kanal Youtube Bang Edy Channel, dengan tautan klik di sini. Ucapan yang diduga menghina warga Kaltim dimulai dari menit 17.40.
Ini Sosok Edy Mulyadi
Dilansir dari tagar.id, Edy Mulyadi dikenal sebagai wartawan senior yang telah bekerja di beberapa media. Pria yang kerap disapa Edy itu ternyata pernah mencalonkan diri sebagai caleg PKS nomor urut 8 daerah pemilihan Jakarta III tapi gagal.
Pria kelahiran Jakarta, 8 Agustus 1966 itu memulai kariernya sejak 1991 sebagai wartawan Neraca. Edy melanjutkan pekerjaannya tersebut di media-media besar seperti Media Indonesia, Metro TV, TPI dan juga Warta Ekonomi.
Edy juga merupakan salah satu penulis yang bergabung bersama kompasiana sejak 23 Mei 2014 dengan nama akun edymulyadilagi. Ia menulis dirinya sendiri sebagai seorang jurnalis, media trainer, konsultan/praktisi PR. Dari beberapa tulisannya yang ia unggah di kompasiana, Edy disebut-sebut sebagai orang yang anti terhadap Presiden Jokowi. Ia juga diduga membuat tulisan-tulisan yang menyindir Presiden Jokowi dengan dalih dia adalah seorang wartawan senior.
Diketahui Edy juga dikenal sebagai ustaz, dan menjabat sebagai Sekjen GNPF Ulama sejak Juli 2019. Edy ternyata juga caleg gagal dari PKS dalam pemilihan legislatif April 2019 lalu. Dia sempat maju mencalonkan diri sebagai caleg PKS nomor urut 8 daerah pemilihan Jakarta III yang meliputi Jakarta Barat Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu.
Edy juga menulis salah satu buku yang berjudul “Sri Mulyani Neolib Lho” yang menyoroti berbagai kebijakan Sri Mulyani yang dinilai merugikan masyarakat Indonesia dan negara, termasuk megaskandal Bank Century yang terjadi 2008 lalu. (nk)