(Masihkah) Tamu adalah Raja

Ilustrasi masihkah tamu adalah raja.

Ada juga istilah self order. Di sini, kita pesan sendiri. Biasanya disediakan gadget, atau setidaknya QR Code. Tamu diminta untuk memesan menu, kemudian membayar tanpa ke kasir. Umumnya, memang cashless.

Jika keduanya digabung, alhasil tamu benar-benar melakukan semuanya sendiri. Padahal bayar. Hahahahaha…

Ya, begitulah sekarang.

Ada plus minus memang. Bagi pemilik bisnis, ini bisa menekan biaya operasional. Mereka bisa nego habis gaji karyawan, khususnya pelayan. Sebab, tugasnya tidak begitu berat. Tamu juga tidak perlu capek-capek antre memesan menu.

Namun, bagi saya pribadi, yang masih ada darah ketimuran mengalir di badan, pola seperti ini masih tabu. Oke, untuk saat ini, itulah tanggapan saya. Bukan bermaksud saya adalah raja. Bukan. Bukan soal itu. Jangan salah paham dan memahami.

Tapi lebih ke soal adab semata.

Lagipula, menurut saya, kita akan merasa gimana gitu jika begitu tiba di kafe, langsung disambut senyum tipis dan sapaan selamat datang. Kemudian diarahkan ke meja sesuai jumlah orang yang datang. Kemudian disodorkan buku menu. Kemudian pesanan diantar ke meja. Begitu pulang, teriring ucapan terima kasih.

Ya, tidak sebegitu juga sih. Tapi, hal itu menimbulkan dan meninggalkan jejak di benak. Oh, pelayanan di sini baik. Ada keterikatan emosional. Bukan tidak mungkin, besok-besok bisa datang ke situ lagi.

Tapi, ya itu sih pengalaman dan pendapat saya pribadi. Tentu, Anda-Anda bebas saja berpendapat. Tidak mesti sama dengan saya.

Ya…, apakah Tamu adalah Raja masih akan berlaku? Atau memang tempat saya bukan di situ, melainkan di warung-warung tenda pinggir jalan yang meski dengan menyeka keringat karena panasnya wajan, sang pemilik warung masih menyempatkan senyum dan menyapa “Mau pesan apa, Mas?” (*)

(Tulisan di atas adalah pandangan pribadi penulis dan menjadi tanggung jawab penulis yang bersangkutan)

  • Mediapreneur yang masih berupaya memantaskan diri dengan menyerap ilmu sebanyak-banyaknya.

POPULER
Search