ZAMAN terus berkembang dan berubah. Di segala lini, apa yang kita jumpai 1 tahun, atau 1 bulan lalu, atau bahkan 1 hari lalu, bisa berbeda dengan yang kita dapatkan hari ini. Ya, begitu cepat memang dentang waktu berjalan. Kita tidak menyadarinya.
Perubahan, atau penyesuaian zaman juga melibas bisnis restoran, cafe, rumah makan cepat saji. Mantik “Tamu adalah Raja”, perlahan sudah mulai tak berlaku lagi. Manajeman rumah makan seperti yang kami sebutkan di atas, mulai menerapkan: self service dan self order.
Di Samarinda, belum semua memang pake teknis itu. Masih semi-semi saja. Seperti pengalaman kami kala menikmati segelas kopi susu di sebuah resto n’ cafe di seputaran Islamic Center.
Umumnya, pelayan langsung mendatangi meja tamu. Menanyakan menu apa yang hendak diteguk dan disantap. Atau setidaknya, ada basa-basi lah dengan tamu. Sekadar menanyakan kabar kesehatan, kabar perkembangan politik, atau tentang kabar gebetan yang direbut orang.
Ini tidak.
Pelayan dengan santainya duduk, bercengkrama, sesama mereka. Tak menghiraukan kami yang datang. Beberapa menit menunggu, tidak datang juga pelayan. Ya sudah. Kami langsung pesan ke dalam. Langsung bayar. Dan diberi semacam alat elektronik seukuran separuh kartu remi untuk dibawa ke meja kami.
Tak lama, alat tersebut berkedip.
Maklum, kami, atau tepatnya saya, memang sudah jarang nongkrong di tempat-tempat kekinian. Jadi kurang paham dengan jenis pelayanan seperti ini. Inisiatif, saya pun masuk ke tempat pemesanan, mengambil apa-apa yang sudah saya dan teman bayar.
Emmmm…, setelah berselancar di semesta maya, barulah paham. Itu tadi yang disebut self service. Melayani diri sendiri.
Tapi jika dibedah sesuai harfiah, kafe itu belum full menerapkan self service. Jika memesan sendiri, mengambil sendiri, kemudian membersihkan sendiri meja-meja, nah itu baru self service.
Ke Halaman Berikutnya