Isran Noor dan Kekacauan Narasinya

DALAM pidatonya di KPUD Kaltim setelah pengambilan nomor urut, Isran Noor menyampaikan pernyataan yang kontroversial terkait Habaib. Ia mengatakan, “Para Habaib yang hadir di sini adalah Habaib palsu. Yang asli ini…,” sambil menunjuk dirinya sendiri. Pernyataan ini dinilai tidak pantas diungkapkan oleh seorang calon pemimpin. Selain tidak relevan dengan konteks acara, ungkapan tersebut dinilai merendahkan dan tidak bermutu. Publik menyayangkan pernyataan ini, bahkan sebagian pihak mengutuknya.

Banyak yang meyakini bahwa pernyataan Isran ini ditujukan untuk menyerang lawannya, Rudy Mas’ud, yang diketahui memiliki hubungan dengan keluarga Habaib. Rudy Mas’ud, beserta keluarganya, dikenal sebagai sosok yang religius. Beberapa indikatornya antara lain konsisten melaksanakan shalat Subuh berjamaah, membangun masjid, serta mendidik anak-anaknya dalam pendidikan agama, termasuk kuliah di Arab Saudi. Keluarga Rudy juga dikenal menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan etika, yang menjadi cerminan ketaatan mereka terhadap ajaran agama.

Pada kesempatan lain, Isran Noor juga menyinggung isu terkait minyak, yang publik paham kemana arah sindirannya. Namun, Isran tidak memberikan bukti apa pun atas klaim-klaimnya tersebut. Tanpa bukti, pernyataan semacam itu bisa dikategorikan sebagai fitnah, yang berpotensi menciptakan kegaduhan sosial dan politik. Kampanye negatif seperti ini bukanlah bagian dari kampanye positif yang seharusnya ditonjolkan dalam kontestasi demokrasi.

Publik pun bertanya-tanya, mengapa Isran Noor tidak fokus pada visi dan program yang akan ia tawarkan? Mengapa ia lebih sering melontarkan sindiran kepada lawan politiknya? Hal ini menimbulkan kesan bahwa Isran Noor tidak memiliki visi yang jelas untuk masa depan Kalimantan Timur, terutama dalam konteks provinsi yang akan menjadi bagian dari Ibu Kota Negara (IKN) baru. Alih-alih menyampaikan gagasan yang membangun, Isran tampak lebih sering menunjukkan emosi dan kebencian dalam narasinya.

Sikap ini memperlihatkan bahwa Isran Noor seolah tidak siap untuk bersaing dalam adu visi dan program. Ia lebih sering mengomentari gagasan-gagasan Rudy Mas’ud, namun jarang memaparkan gagasannya sendiri. Bahkan, yang paling menonjol adalah sindiran-sindiran yang ia lontarkan kepada lawannya.

Lalu, mengapa Isran Noor tampak gugup menghadapi Rudy Mas’ud? Jawabannya sederhana: Rudy Mas’ud adalah lawan yang kuat. Sebagai calon gubernur, Rudy Mas’ud memiliki peluang besar untuk mengalahkan Isran. Ada beberapa faktor yang menjadi kekuatan Rudy. Pertama, Rudy adalah bintang yang sedang naik daun, terbukti dari dua kali pemilihan legislatif, di mana ia meraih suara tertinggi di Kaltim. Kedua, ia adalah Ketua Partai Golkar, partai pemenang di Kaltim. Ketiga, Rudy adalah seorang pengusaha sukses yang memiliki logistik kuat. Keempat, sebagai lulusan S3 dari Universitas Mulawarman, Rudy memiliki kapasitas intelektual yang mumpuni. Kelima, keluarga Rudy Mas’ud juga dikenal sukses di dunia politik, yang tentunya menambah dukungan dan suara.

Faktor-faktor inilah yang diduga membuat Isran Noor merasa terancam. Narasi yang ia sampaikan sering kali kacau dan tidak terarah, lebih banyak blundernya daripada substansinya. Akibatnya, dukungan publik terhadap Isran terus menurun, meskipun ada lembaga survei yang mencoba menahan laju penurunan ini dengan memanipulasi hasil survei.

Sementara itu, Rudy Mas’ud dan timnya tampak tidak merespons sindiran dan serangan dari Isran Noor. Sikap tenang dan tidak reaktif ini justru meningkatkan simpati publik terhadap calon gubernur nomor urut 2 tersebut. Dengan visi dan program yang jelas, serta sikap elegan dalam menghadapi serangan, elektabilitas Rudy Mas’ud terus meningkat, yang semakin memperkuat peluang kemenangannya bersama Seno Aji. (adv)

(Tulisan di atas adalah pandangan pribadi penulis dan menjadi tanggung jawab penulis yang bersangkutan)

POPULER
Search