SAMARINDA. Hingga kini pembangunan Kawasaan Ekonomi Khusus (KEK) di Maloy, Kutai Timur masih berlanjut. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo sudah meresmikan kawasan ini pada 2019 lalu. KEK Maloy menjadi penting lantaran kaya akan sumber daya alam terutama kelapa sawit, kayu dan energi.
Tak hanya itu, KEK juga didukung dengan posisi geostrategis yaitu terletak pada lintasan Alur Laut Kepulauan Indonesia II (ALKI II). ALKI II merupakan lintasan laut perdagangan internasional yang menghubungkan Pulau Kalimantan dan Sulawesi, serta merupakan jalur regional lintas trans Kalimantan, dan transportasi penyeberangan ferry Tarakan-Tolitoli, dan Balikpapan-Mamuju.
KEK MBTK diharapkan dapat mendorong penciptaan nilai tambah melalui industrialisasi atas berbagai komoditi di wilayah tersebut. Berdasarkan keunggulan geostrategis wilayah Kutai Timur, KEK MBTK akan menjadi pusat pengolahan kelapa sawit dan produk turunannya, serta pusat bagi industri energi seperti industri mineral, gas dan batu bara.
KEK MBTK ini diproyeksikan menarik investasi sebesar Rp.34,4T dan diproyeksikan dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 55.700 tenaga kerja hingga tahun 2025. Kini Perusahaan Daerah milik Pemprov Kaltim yaitu Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya (Perusda MBS) memegang 99 persen saham di PT MBTK yang berperan sebagai Badan Usaha Pembangun dan Pengelola (BUPP) KEK MBTK.
Usai dua konsorsium PT Batuta Chemical Industrial Park (BCIP) dan PT Trans Kalimantan Economic Zone (TKEZ) melepas sahamnya di KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK), kini pemegang mayoritas saham otomatis putar otak. Melihat hal tersebut, Gubernur Kaltim Isran Noor justru mengaku tak mau ikut terjun langsung.
Alasannya, orang nomor satu di Benua Etam ini tak mau membebani seluruh perusahaan daerah (Perusda) yang berada dalam pembinaan Pemprov Kaltim, termasuk Perusda MBS. Isran Noor tidak ingin mencampuri urusan perusda apalagi kini tengah memerlukan investor agar status KEK di Maloy, Kutim, tidak dicabut oleh DN KEK.
“Perusda di Kaltim silahkan menjalankan program yang dimiliki sesuai kemampuan mereka, apa yang bisa dilakukan, silahkan lakukan. Saya tidak mau ikut turut campur urusan perusda, apalagi harus membebani, saya tidak mau seperti itu,” ungkap Isran Noor.
Sikap Isran Noor sendiri, bukan berarti dia tidak perduli, justru hal tersebut dinilainya bentuk perhatian dan rasa peduli. Ia ingin memberi ruang gerak ke perusda-perusda di Bumi Mulawarman agar semakin kreatif dan mengembangkan jiwa enterpreneur.
Perusda diinginkannya agar menjalankan program yang sudah direncanakan, dalam mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat dan menciptakan industri serta hilirisasi, termasuk di KEK Maloy.
“Agar perusda banyak belajar, sehingga betul-betul mampu melaksanakan bisnis dengan teratur,” tegas Isran Noor.
“Bukan model saya untuk membebani perusda. Biarkan mereka belajar mencari peluang dan keuntungan bagi daerah,” imbuhnya. (adv/int/sriana)
