Melangkah Bersama Prof. Yusril: Sinergi Kekuatan Hukum dan Politik

PENDAFTARAN calon Presiden dan Wakil Presiden tinggal menghitung hari, koalisi dalam penjajakan dalam menuntukan cawapres yang dapat membantu popularitas maupun elektabilitas. Sampai saat ini setidaknya telah terbentuk 3 ( tiga) poros yang siap bertarung memenangkan pilpres 2024.

Pertama ada koalisi pendukung Ganjar Pranowo yang belum memiliki nama koalisi. Selanjutnya koalisi Indonesia Maju (KIM) yang solid mengusung Prabowo, dan terakhir – koalisi yang telah mengumumkan capres cawapres jagoannya – koalisi Perubahan yang mendeklarasikan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar.

Dalam pembentukan setiap koalisi, partai yang memiliki kursi di Senayan telah menyatakan sikap politiknya masing-masing. Otomatis tidak ada partai yang belum bergabung dalam koalisi. Dari ketiga koalisi, yang cukup ketat untuk perebutan kursi cawapres ada di KIM. Banyak partai politik yang bergabung di situ, baik partai yang memiliki kursi di Senayan maupun partai non parlemen.

Partai pengusung Prabowo Subianto sebagai capres antara lain; Golkar 85 kursi (12.31%), Gerindra 78 kursi (12.57%), PAN 44 kursi (6.84%), dan yang terbaru menyatakan dukungan kepada Prabowo, Partai Demokrat 54 kursi (7.77%) apabila di total menjadi 261 kursi atau setara dengan 45.39% dengan presentase kursi yang dominan di parlemen.

Kendati seperti ini, Prabowo belum dapat berbesar hati karena pertarungan pilpres tidak di tentukan banyaknya dukungan partai politik. Terbukti pada tahun 2014 saat Prabowo dengan Hatta Rajasa berpasangan, mereka di usung lebih besar yaitu 48.93% dukungan partai tetapi harus menelan pil pahit kekalahan di pertarungan pilpres 2014.

Dalam pertarungan pilpres, selain mesin partai politik dan strukturan tim kampanye yang baik, ada sosok penentu lainnya, yaitu Cawapres. Hal ini sangat berdampak pada kecenderungan orang untuk memilih. Hal ini dibuktikan saat pilpres 2019 di saat Presiden ke-7, RI bapak Joko Widodo, pada 2019 isu politik agama sangat menjual kala itu dan bapak Jokowi dianggap capres yang tidak berpihak kepada ulama dan umat Islam.

Melihat kelemahan itu, bapak Jokowi menggandeng ulama sebagai Cawapresnya, yaitu Prof. KH. Ma’ruf Amin yang menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) & Rais’Aam PBNU saat itu. Setalah KH Ma’ruf tampil mendapingi Jokowi, isu yang menyatakan Jokowi anti Islam dengan sendirinya menghilang.

Calon presiden dari KIM, Prabowo Subianto setelah tiga kali menanggung kekalahan untuk 2024, dirinya telah sangat siap untuk maju sebagai capres yang memenangkan pertarungan. Prabowo terlihat lebih ingin terlihat orang yang sangat sanggup untuk melanjutkan yang telah diwariskan pemerintahan Presiden Jokowi. Pengamat dari lembaga Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menilai Prabowo saat ini ingin tunjukkan ke publik bawah ia lebih Jokowi dari yang lain.

Halaman Berikutnya

POPULER