Dr. Rusmadi Wongso: Hilirisasi Pertanian Kunci Kemandirian Pangan di Kaltim

Dr. Rusmadi Wongso saat menjadi narasumber pada kegiatan PEDA XI di Kubar.

KUTAI BARAT — Pakar ekonomi dan pembangunan daerah, Dr. H. Rusmadi Wongso, menegaskan bahwa solusi untuk mewujudkan kemandirian pangan di Kalimantan Timur terletak pada percepatan hilirisasi pertanian yang terintegrasi. Hal ini disampaikan dalam gelaran Pekan Daerah (PEDA) Petani Nelayan XI Kaltim yang berlangsung di Kutai Barat 21-27 Juni 2025

Dalam paparannya, Rusmadi menyebut bahwa hilirisasi pertanian tak bisa berjalan sendiri tanpa penguatan sektor hulu atau produksi di tingkat petani.

“Hilirisasi pertanian akan kesulitan jika tidak didukung bahan baku yang kuat dan berkelanjutan dari sektor on farm,” tegasnya di hadapan peserta PEDA.

Ia menyoroti bahwa hilirisasi pertanian bukan sekadar meningkatkan nilai tambah produk, tetapi harus mampu meningkatkan produktivitas, kualitas hasil pertanian, membuka lapangan kerja, serta mempercepat pengentasan kemiskinan di pedesaan.

Dalam kesempatan yang sama, Rusmadi juga mengangkat pentingnya teknologi pertanian modern, khususnya sistem smart farming berbasis Internet of Things (IoT). Menurutnya, penerapan smart farming bisa menjadi daya tarik bagi generasi muda untuk kembali ke sektor pertanian.

“Teknologi ini terbukti bisa menurunkan biaya usaha tani hingga 25% dan meningkatkan keuntungan petani sampai 50%. Pertanian akan jadi lebih efisien, ramah lingkungan, dan menjanjikan,” ungkapnya.

Ia mengusulkan agar pemerintah daerah mendorong pembentukan tim pendamping smart farming, pelatihan petani, hingga pengembangan kawasan pertanian berbasis komunitas minimal 10 hektare.

Solusi Strategis dan Terintegrasi
Lebih jauh, Rusmadi memaparkan langkah konkret hilirisasi pertanian di Kaltim, antara lain:
Peningkatan produksi dan perluasan lahan sawah, Pembangunan sarana dan prasarana irigasi dan jalan usaha tani, Pengembangan inovasi dan mekanisasi pertanian, Peningkatan kapasitas petani, terutama petani milenial, Pembangunan industri pengolahan produk lokal.

Menurutnya, semua strategi tersebut harus berbasis data wilayah dan potensi komoditas unggulan yang sesuai dengan tata ruang dan karakter lokal Kalimantan Timur.

“Kalau soal makan rakyat tidak segera dipecahkan, kita akan menghadapi bencana besar. Ini soal hidup dan mati,” tegas Rusmadi mengutip pernyataan Bung Karno sebagai pengingat pentingnya kedaulatan pangan.

Sinergi untuk Generasi Emas
Rusmadi juga menyerukan sinergi antara pemerintah, swasta, akademisi, dan petani dalam mewujudkan Kalimantan Timur sebagai lumbung pangan dan pusat agroindustri modern yang mampu bersaing di tingkat global.

“Kunci suksesnya adalah kolaborasi. Dari hulu ke hilir, dari riset ke pasar, dari kebijakan ke aksi nyata. Semua harus jalan bersama,” pungkasnya.

PEDA XI Kaltim tahun ini menjadi momentum penting untuk mendorong reformasi sektor pertanian yang lebih inklusif, modern, dan berkelanjutan menuju Kalimantan Timur sebagai bagian penting dari Indonesia Emas 2045. (her)

POPULER
Search