BALIKPAPAN – Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur kembali menegaskan urgensi penanganan deforestasi yang terus meningkat di wilayah Kaltim. Kerusakan hutan yang semakin meluas dinilai sudah membawa dampak nyata berupa meningkatnya risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor selama beberapa tahun terakhir.
Wakil Gubernur Kaltim, Seno Aji, menyebut tekanan terhadap kawasan hutan kini berada pada level mengkhawatirkan akibat pembalakan liar dan alih fungsi lahan yang terjadi secara masif. Padahal, hutan Kalimantan Timur selama ini dikenal sebagai salah satu paru-paru dunia yang berperan penting menjaga stabilitas iklim.
“Kerusakan hutan yang terus terjadi sudah memberikan dampak nyata kepada masyarakat, terutama melalui bencana hidrometeorologi yang semakin sering terjadi,” ujar Seno Aji usai memantau simulasi tanggap darurat bencana hidrometeorologi di Balikpapan, Sabtu (8/12/2025).
Ia mengatakan, Pemprov Kaltim terus berkoordinasi dengan Kementerian Kehutanan untuk memantau kondisi hutan serta memperketat pengawasan di lapangan. Berbagai langkah mitigasi tengah disiapkan guna menekan kerusakan lebih lanjut.
“Upaya tersebut sekaligus dibarengi dengan tindakan untuk menghilangkan praktik pembalakan kayu ilegal yang masih marak di sejumlah wilayah,” jelasnya.
Menurut Wagub, deforestasi kini tidak lagi dapat dipandang sebagai isu lingkungan semata. Kerusakan hutan telah berpengaruh langsung terhadap keselamatan masyarakat karena intensitas banjir dan longsor terus meningkat setiap tahun. Ia menilai diperlukan langkah yang lebih cepat, konkret, dan terukur dari pemerintah pusat.
“Pemerintah Provinsi Kaltim meminta dukungan penuh pemerintah pusat untuk menjaga kelestarian hutan dan memastikan daya dukung lingkungan tetap terjaga demi keberlangsungan hidup masyarakat,” tegasnya.
Pemprov Kaltim berharap kolaborasi kuat antara pemerintah daerah dan pusat dapat menekan laju kerusakan hutan serta meminimalkan potensi bencana di masa mendatang. (*)
