KARYA seni, khususnya lukis masih kurang mendapat tempat di hati kebanyakan orang. Tak terkecuali di Samarinda.
Tak heran, event yang menampilkan karya lukis di Kota Tepian, terhitung jari. Atau bahkan sama sekali tidak ada dalam rentang setahun.
Dari yang sedikit itu, Hotel Grand Kartika memberi ruang bagi pelukis lokal untuk unjuk karya mereka.
Hotel di Jalan Kyai Haji Khalid Samarinda tersebut, menampilkan sejumlah karya pelukis lokal yang ternaung dalam Komunitas Rumah Kayu.
Tentu ini momen langka. Tak banyak buang waktu, kami langsung melipir ke sana.
Ternyata, karya komunitas yang sudah berdiri 1980 itu, tidak bisa dipandang sebelah mata.
Visualisasi obyek suku Dayak, sangat detail disuguhkan di atas kanvas. Keelokan serta magis sangat menonjol.
Tak ayal, jiwa seni kami langsung tergoda pada pandangan pertama.
Bukan hanya visualisasi Suku Dayak saja, Ikon Kota Samarinda turut dicitrakan seapik mungkin, mulai dari lukisan Jembatan Mahakam sebagai ciri khas Kota Samarinda, hingga adat budaya lokalnya.
Lebih menariknya, seorang seniman dengan sapaan Iwan memvisualisasikan isu Ibu Kota Nusantara di atas kanvas, sehingga pesan moral tersampaikan secara lugas namun tetap karismatik.
Obyek lukisan sendiri kerap dikaitkan dengan tema kegiatan, yakni Dulu, Kini, dan Esok sebagai manifestasi upaya pelestarian budaya lokal melalui lukisan.
Sayang, karya sebagus ini kurang mendapat atensi pemerintah. Buktinya, malah pihak swasta yang membuka diri sekaligus mewadahi karya seniman lokal. Padahal, jika pemerintah Kaltim atau Samarinda membuka sedikit mata saja, tak menutup kemungkinan karya ini bisa dinikmati lebih banyak orang lagi.
Syafarawansyah, nama lengkapnya, membenarkan fakta itu. Yakni fakta bahwa perhatian pemerintah sangat minim kepada mereka.
Pria berkacamata ini mengatakan bahwasannya pemerintah perlu mengambil langkah untuk memberdayakan para seniman lokal.
“Harapan kami simpel, pemerintah harus sering-sering mewadahi hasil kreativitas kami,” ujar ayah dari 3 anak ini.
Hal tersebut disertai dengan optimistik pelaku seniman untuk merangkup karya seni, melestarikan budaya, dan mengenalkan identitas lokal khususnya Kota Samarinda di kalangan masyarakat nasional.
“Pelestarian budaya bukan tugas Komunitas Rumah Kayu saja, tetapi peran kita bersama,” tutup pria yang juga melakoni seni digital itu. (dinda)