Nasibmu, Tergantung di Media Sosial

LUAR biasa memang efek media sosial. Sejak kelahiran platform berbasis digital itu, info apa saja bisa didapat. Tinggal kita-kita saja yang harus pintar menampi segala info itu. Jika tidak, percayalah, akan termakan beras busuk.

Media sosial tak sekadar posting konten remeh temeh. Dari situ, orang bisa dapat cuan. Bisa juga dapat info intelijen melalui akun-akun anonim. Mau dijadikan buzzer untuk kepentingan tertentu, juga bisa. Tinggal baku atur saja.

Bahkan, netizen melalui media sosialnya bisa menekan pemerintahan. Sudah tak sedikit kritik-kritik diposting yang kemudian viral, lantas langsung ditanggapi pemerintah.

Masih segar di time line media sosial kita, betapa pengaruhnya sangat kuat dalam dunia politik saat piplres sejak 2024 silam. Saling lempar isu, kemudian bertangkis-tangkisan penyangkalan.

Dalam ranah hukum, power netizen luar biasa. Tekanan yang diberikan melalui dunia sebelah itu, membuat penegak hukum dipaksa untuk bergerak.

Terkini yang hangat, soal kasus pembunuhan Vina 2016 silam. Seperti apa kasusnya, googling saja. Yang pasti, dunia sebelah sedang heboh bahwa penegak hukum tengah salah tangkap orang.

Bermacam teori terlontar. Berbagai foto pelaku diulas perbedaan wajahnya, yang oleh netizen, itu merupakan dua orang berbeda. Foto-foto lama tentang kelompok tersebut pun dieskpos. Termasuk posisi keberadaan 3 pelaku DPO pun, sudah diinformasikan netizen.

Seru memang. Tak ubahnya netizen ini seolah berperan sebagai detektif bayangan. Mencari, menggali, kemudian berhipotesa tentang kasus tersebut.

Tentu, prokontra tetap terjadi di situ. Ada yang membenarkan teori netizen, ada yang menyangkal. Ada pula yang sekadar membaca mengikuti perkembangannya. Poin terakhir, kami berada di situ.

Kekuatan netizen memang luar biasa. Media sosial memang membentuk wilayah sendiri. Sebuah negara dalam negara. Yang semua pemerintahan di negara mana saja, kelimpungan dibuatnya.

Di satu sisi, media sosial bisa menjadi wadah bagi seseorang yang tak mendapat keadilan. Menjadi pembela. Tapi sekaligus bisa menjadi bumerang. Memukul air di baskom, kena muka sendiri. Meludah ke atas.

Kini, fungsi media sosial ada di jari kita masing-masing. Mau diapakan itu barang, terserah dan tergantung penggunanya.

Jika zaman jahiliyah dulu musuh tampak jelas, namun tidak dengan sekarang. Kini, sulit membedakan mana kawan mana musuh dibalik akun-akun pertemanan media sosial kita. (*)

  • Deni Sulaksono

    Mediapreneur yang masih berupaya memantaskan diri dengan menyerap ilmu sebanyak-banyaknya.

POPULER
Search