Darah Rusman Ya’qub sedari dulu ternyata memang sudah hijau. Tak heran, warisan itu rupanya diturunkan sang ayah, yang juga pengurus di Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Barru, Sulawesi Selatan, di era Orde Baru. Berkaca dan menyerap pengalaman dari keluarga terdekat itulah, kini ia menjadi salah satu legislator Kaltim yang patut diperhitungkan.
RUSMAN Ya’qub lahir dari keluarga berbasis partai. Ayahnya, seorang kader PPP sejati. Di zaman Orde Baru, partai yang kini berlambang Kakbah itu, mendapat perlakuan yang kurang adil sebagaimana mestinya sebuah negara yang menganut demokrasi.
“Sampai-sampai, ayah saya harus menyembunyikan pakaian partainya ketika ingin menghadiri acara. Ini ia lakukan agar tidak ketahuan,” kenangnya.
Seperti diketahui, dulu yang boleh melenggang hanya partai penguasa, si Kuning. Si Hijau dan Merah, tidak boleh berkembang dan besar.
Namun, tak ada pesta yang abadi. Orde Baru runtuh digilas Reformasi.
Sebelum bercerita panjang lebar mengenai peran pria kelahiran Barru 11 Juni 1969 yang juga pelaku sejarah menanamkan benih reformasi ini, kita tarik jauh ke belakang dulu perjalanannya dari awal hingga menjadi legislator di Bumi Etam.
Rusman Ya’qub sejak SD sudah rajin berorganisasi. Itu berlanjut terus hingga di jenjang sekolah putih abu-abu. Mulai dari ketua kelas, hingga menjadi ketua OSIS ia jabani. Seabrek kegiatan ekstrakurikuler tak luput ia ikuti juga.
Lepas SMA, Rusman Ya’qub memilih Universitas Mulawarman (Unmul) melalui Sipenmaru, dulu dikenal UMPTN, sekarang SNMPTN. Apa itu, bisa dicari di internet.
Pada 1988, ia diterima di FKIP Unmul.
Di dunia kampus, jiwa organisasinya makin menjadi-jadi. Jabatan ketua mahasiswa jurusan, fakultas, hingga menjadi ketua senat Unmul 1993 – 1994 dipercayakan kepadanya. Ia juga aktif di PMII, dan seabrek organisasi kampus lainnya.
Nah, pengawasan pemerintah Orde Baru terhadap pergerakan mahasiswa terus dipantau. Bahkan Rusman Ya’qub mengistilahkan militer di sipilkan terjadi di masa ia kuliah. “Ada anggota militer yang ditempatkan sebagai pengawas di organisasi kampus,” ujarnya.
Namun, itu tak memadamkan semangat mahasiswa melawan tirani.
Nah, pada 1993, ia mewakili Unmul mengikuti pertemuan ketua senat se-Nasional di Kaliurang, Jogjakarta.
Di kegiatan ini, ada Anies Baswedan juga.
Tahun itu, mereka berembuk pada akhirnya sepakat menumbangkan Orde Baru. Kelak, perjuangan itu kemudian dilanjutkan hingga akhirnya mahasiswa berhasil menumbangkan Soeharto pada 1998. “Pertemuan 1993 itu merupakan benih reformasi,” ujarnya.
Pergerakan mereka saat pertemuan di Kaliurang itu, terendus aparat.
Ketika pertemuan itu, Kaltim walk out. Rusman Ya’qub langsung meninggalkan pertemuan. Kemudian ia turun dari Kaliurang ke kota Jogjakarta.
Di tengah perjalanan, ia dijemput orang tak dikenal. Rusman Ya’qub langsung dipulangkan oleh orang tak dikenal ke Samarinda melalui Bandara Sepinggan dari Bandara Adi Sucipto.
Setiba di Bandara Balikpapan, Rektor Unmul kala itu langsung meneleponnya. Rektor berpesan agar segera ke Samarinda dan untuk sementara waktu agar tidak keluar dari kos.
Sepertinya, ini bertalian erat dengan kegiatan yang ia ikuti di Kaliurang itu.
Pengalaman dan perjalanan panjang berorganisasi inilah yang akhirnya membentuk karakter dan kepribadiannya. Sekaligus modal sebagai legislator.
Makanya, berorganisasi ia nilai sangat penting. Terutama melatih public speaking, dan tentunya: mental.
Oiya, sebelum mengarungi samudera legislatif, Rusman Ya’qub sebelumnya pernah menjadi guru SMP 45 Samarinda Seberan dan SMK Pemuda Samarinda. Maklum, Strata 1 nya memang berbasis pendidikan keguruan.
Namun, sisi lain di dirinya yang bergejolak, membuatnya memutuskan aktif di partai.
“Saat itu, saya sudah aktif sebagai volenteer PPP,” imbuhnya.
Pada 1997, ia berhasil menjadi angggota DPRD Samarinda hingga 2009. Berbagai posisi strategis ia duduki. Kemudian lanjut ke tingkat DPRD Kaltim hingga sekarang.
Ditanya langkah selanjutnya, ia tak menampik ingin maju di eksekutif. Menurutnya, ruang gerak di eksekutif lebih leluasa dan efeknya bisa langsung dirasakan masyarakat melalui kebijakan-kebijakan.
Apakah Kaltim 1 atau Samarinda 1 yang diincar, ia hanya tersenyum simpul. (densul)