Bakal ke Mana Suara NU?

Ilustrasi bakal ke mana suara NU.

BURSA capres sepertinya bakal seru. Tarik menarik perhatian golongan, kian memanas. Bagaimana tidak, Zannuba Ariffah Chafsoh atau karib dikenal Yenny Wahid, mencuat dicalonkan menjadi cawapres RI mendampingi Anies Baswedan. Yenny yang juga putri Gus Dur ini dikenal sebagai bagian tak terpisahkan dari Nahdlatul Ulama (NU).

Kita tahu, basis anggota NU sangat banyak. Dikutip dari Wikipedia, anggota NU per 2021 tercatat 95 juta orang yang tersebar seantero Nusantara. Memang, di atas kertas segitu. Dan tidak semua anggota NU bakal seiya sekata. Semua punya pilihan dan jagoan sendiri-sendiri.

Tapi, anggaplah, bahkan kalau boleh kita berangan-angan, 95 juta anggota itu satu suara, maka perolehan suara dipastikan unggul. Begitulah matematika politik.

Di sisi lain, tim Ganjar Pranowo belum menceritakan siapa sosok yang jadi pendamping gubernur Jawa Tengah itu. Kabarnya, September 2023 nanti baru disampaikan ke publik.

Dan tentu, pemilihan cawapres dipilih berdasar siapa dan dari mana ia. Sekuat apa pengaruhnya. Sekuat apa ia mampu mendongkrak suara.

Dan lagi-lagi, jika kita bermatematika, maka sudah barang tentu orang yang berasal dari NU, yang akan dipilih. Jumlah anggotanya itu loh yang seksi. Banyak sekali.

Di sisi lain, Sandiaga Uno sudah merapat ke Partai Persatuan Pembangunan. Yang ditilik dari sejarah, partai ini identik dengan NU. Bahkan, pendirinya adalah para sesepuh kiyai NU. Koreksi jika kami salah.

Tapi, masih ada Partai Kebangkitan Bangsa yang juga foundernya adalah Gus Dur, yang juga ditokohkan di NU. Meski belakangan, partai ini “ditelikung” keponakannya sendiri.

Suara NU bisa dikatakan berpolar. Bisa ikut PPP atau bisa jadi ke PKB. Atau tak menutup kemungkinan, punya pilihan lain meski ada arahan dari sesepuh.

Tapi sekali lagi, ini membuktikan bahwa suara NU memang menggoda sekali.

Maka, kadang kami senyum-senyum sendiri kala ada yang menyuarakan antipolitik identitas. Hahahaha…

Tapi, semua belum final. Cuaca politik bisa sebegitu cepat berubah. Pagi panas, siang hujan. Jarang, bahkan mustahal panas atau hujan sepanjang hari. Masih ada waktu panjang untuk melakukan lobi-lobi, pendekatan-pendekatan, penyepakatan tujuan dan kepentingan. Semua masih bisa berubah.

Bagaimana dengan Prabowo? Hingga saat ini, beliau masih solois. Belum ada partai selain Gerindra yang mendukungnya.

Tapi, ya itu tadi. Peluit panjang belum ditiup. Pertandingan masih berjalan lama.

Kembali ke NU. Apakah sosok atau figur yang disebut-sebut representasi dari NU bisa merebut hati 95 juta anggotanya? Kita tengok nanti. (*)

  • Deni Sulaksono

    Mediapreneur yang masih berupaya memantaskan diri dengan menyerap ilmu sebanyak-banyaknya.

POPULER
Search