CITAYAM Fashion Week belakangan ini jadi fenomena yang ramai diperbincangkan, terutama di media sosial. Fenomena berupa street fashion yang diinisiasi oleh remaja-remaja pinggiran Jakarta ini juga menimbulkan pro dan kontra di masyarakat.
Berawal dari para remaja asal daerah penyangga Jakarta seperti Citayam, Bojong Gede, dan Depok, yang berkunjung ke Dukuh Atas-Sudirman, Jakarta Pusat, untuk bersantai dan nongkrong dengan pakaian yang unik dan nyentrik. Kegiatan nongkrong-nongkrong ini akhirnya menelurkan ide untuk saling mengadu kreatifitas dalam gaya berpakaian, selazimnya street fashion di luar negeri. Video-videonya segera bermunculan di media sosial, terutama di TikTok, dan mulai mencuri perhatian publik.
Remaja-remaja ini akhirnya benar-benar menjadi fenomena viral ketika ‘nekad’ menjadikan zebra cross sebagai jalur catwalk bagi peragaan busana amatir mereka. Kawasan Dukuh Atas-Sudirman makin dipadati anak-anak muda yang ingin menjadi bagian dari tren, dan istilah Citayam Fashion Week pun kian populer ke penjuru negeri.
Melalui media sosial, fenomena ini pun tentunya tak luput dari pengamatan anak-anak muda Kaltim. Reporter nukaltim berkesempatan berbincang tentang hal ini dengan Yeni Cahya Sukamto, anak muda pegiat sosial dan Bendahara ICMI Muda Kaltim. Punya hobi makan dan jalan-jalan, wanita berhijab ini ternyata sedang aktif membangun bisnis tauge di sela-sela mengurus tugas akhir kuliah dan kegiatan berorganisasi. Berikut perbincangan singkat kami dengan Yeni melalui aplikasi Whatsapp.
De, komen sedikit dong tentang Citayam Fashion Week yang lagi viral. Bagaimana pandanganmu terhadap fenomena itu?
Pandangan ku terhadap fenomena itu bagus sih bang, sebenarnya Citayam Fashion Week itu kan gerakan subkultur di bidang fashion, yang negara lain juga ada, kayak contoh di Korea ada Gangnam, ada Paris Fashion Week ada Milan Fashion Week. Di Indonesia sendiri ada Citayam Fashion Week, tapi bedanya Citayam Fashion Week dengan gerakan subkultur fashion di luar adalah kita berangkat dari pinggiran yang secara ekonomi udah berbeda. Tapi semoga gerakan ini jadi ajang kreativitas anak muda di industri fashion.
Apa sebenarnya yang dicari oleh anak-anak muda tersebut?
Anak muda mencari ruang untuk mereka berkreasi di bidang fashion dan mereka bisa mengekspresikan fashion lewat ajang Citayam Fashion Week.
Apa poin yang bisa dijelaskan terkait viralnya fenomena Citayam Fashion Week itu?
Poinnya mungkin kita kasih anak-anak muda tempat mereka bisa berkreasi secara bebas tanpa ada gesekan-gesekan dari pihak lain, karena anak muda butuh ruang untuk mengekspresikan diri mereka, salah satunya melalui gerakan-gerakan seperti itu, dan semoga ke depannya gerakan ini memberikan dampak positif untuk kemajuan fashion di Indonesia.
Hal ini kan ngga lepas dari kreativitas anak-anak itu menciptakan dan mengemas suatu kegiatan sedemikian rupa hingga viral. Menurutmu, sudah seberapa kreatif anak-anak lokal Kaltim dibanding anak kota-kota besar Indonesia?
Anak-anak lokal Kaltim ga kalah kreatif dengan kota-kota besar, sebagai contoh kita punya musisi lokal yang keren dan juga di bidang industri ekonomi anak-anak muda sudah terjun di sana, dan banyak anak muda yg membangun bisnis dan usaha di bidang F&B, contohnya saja ada Kopiria dan lain-lain.
Sebagai wadah untuk mengekspresikan kreativitas, sudah cukupkah ketersediaan ruang ekspresi publik untuk anak-anak lokal sini?
Saya rasa sudah cukup, banyak ruang publik yang tersedia salah satunya mungkin bisa juga lewat organisasi-organisasi kampus maupun luar kampus dan banyak juga komunitas-komunitas yang memang untuk ruang ekspresi anak muda.
Oke makasih, de.
Sama-sama, bang.
(red/nk)